Monday, September 9, 2013

Saya (Juga) Bosan Bekerja

Postingan ini terinspirasi dari sebuah tulisan dari Pak Roni yang berjudul Saya Bosan Bekerja. Sama-sama tengah mengalami kejenuhan dalam pekerjaan. Lain dengan Pak Roni yang disitu beliau katakan berjuang keluar masuk, perusahaan maupun instansi dalam mencari pekerjaan, saya adalah sedikit orang yang beruntung mendapat pekerjaan tanpa harus susah susah mencarinya.

Saya tidak pernah merasakan bagaimana susahnya melamar pekerjaan. Saya tidak pernah merasakan lelahnya berjalan kesana kemari, keluar masuk perusahaan dan instansi. Saya tidak pernah merasakan berkali kali membuat Curriculum Vitae dan menulis lamaran pekerjaan. Saya kuliah, saya lulus, saya langsung bekerja. Titik.

Sampai di paragraf ini mungkin banyak yang mengira saya adalah anak bos, anak juragan tanah, atau pemilik perusahaan multinasional yang mewariskan pekerjaannya kepada garis keturunannya. Ya, saya juga bermimpi seperti itu. Namun ketika terbangun, saya menyadari bahwa saya hanya anak pasangan petani miskin dari kampung yang beruntung menjadi PNS di ibukota.

Ya, hidup saya penuh keberuntungan. Dengan cacat tubuh dan kemampuan otak yang biasa biasa saja, saya selalu berhasil bersekolah di tempat tempat favorit. Alhamdulillah mulai dari SD sampai kuliah saya selalu berhasil mendapat apa yang saya inginkan. Saya, dengan didorong keinginan orang tua yang tidak ingin mewariskan pekerjaan mereka kepada saya, masuk ke tempat yang menjanjikan pekerjaan setelah lulus. Dan sayapun mendapatkannya.

Hanya, setelah duduk di ruangan ini, di lantai 13 gedung yang dapat memandang jelas lapangan Banteng ini, saya sering merasa hampa. Saya merasa ada sesuatu yang hilang dari diri saya sejak disini. Seperti sesuatu telah terambil dari diri saya.

Setiap hari saya berangkat hampir di jam yang sama dan pulang di jam yang sama pula. Saya bertemu orang orang yang sama dan ngobrol dengan orang orang yang sama. Pekerjaan yang saya lakukan sehari hari sama. Kemungkinan berbeda hampir nol. Pada tahun tahun pertama saya tidak terlalu merasakannya, namun memasuki tahun ketiga saya mulai merasa bosan.Saya sudah mensiasati dengan menggunakan jalan yang berbeda baik ketika berangkat maupun pulang kantor. Makan di tempat yang berbeda. Namun garis besarnya saya tetaplah monoton. Hati saya tetap saja hampa.

Sampai saat ini saya masih mencari obatnya.


3 comments:

  1. gek ndang mbojo, Le..
    kuwi pelipur lara paling super di dunia.

    ReplyDelete